Hujan selalu dan pasti hadirkan kenangan indah. Apalagi
ketika sedang berada di kamar sendirian.seperti yang saat ini gw alami.
Menyendiri di kamar. Bertemankan kesepian yang melanda.
Langit yang menurunkan hujannya berserta kenangan –
kenangan basah. Sehingga membuat perasaan hati menjadi damai (Damai disini
berarti GALAU).
Yang gw ingat dari hujan adalah, asiknya mandi hujanan.
Asiknya nyuci motor saat hujan. Asiknya pipis di celana. Dan asiknya menangis
tengah derasnya air hujan tanpa ada seorangpun yang tahu. (Seperti yang pernah
gw ceritakan disini -> Mungkin Ini Waktu Yang Tepat )
Hujan bagai sebuah paradox hitam putih yang tak berarah.
Selalu kenangan manisnya cinta yang teringat. (<- kalimat yang barusan
salah. Maksud sebenarnya adalah ->). Pahit manisnya cinta yang pernah terasa
akan teringat ketika hujan turun. Di setiap tetesan – tetesannya membawa
penggalan – penggalan pahit manisnya cinta.
Hujanpun selalu selalu bisa menginspirasi banyak seniman.
(Penyanyi, Pelukis, Pencerita dan banyak lagi lainnya). Mereka terinspirasi
dari derasnya air hujan. Sama halnya gw. Dari sekian banyak cerita yang pernah
(dan belum gw buat sama sekali). Itu semua terinspirasi dari hujan.
Contahnya ialah cerita ini. Yang gw buat ketika senja
basah. Gw membuat cerita ini sembari memandangi sepasang ayam remaja beranjak
dewasa yang gw pelihara juah sebelum di tetaskan induknya (gimana, gimana dah
maksudnya?).
Perbedaan para seniman yang terinspirasi hujan dengan gw
si seniman abal – abal yang juga terinspirasi hujan adalah. Hasil karya mereka
(Para seniman) yang terkomersil dengan baik dan sangat di terima orang banyak.
Sedangkan gw, hanya sebatas dari beberapa teman – teman gw yang kurang kerjaan
sehingga mereka rajin membaca cerita gw.
Mungkin suatu saat nanti gw bisa mengikuti jejak – jejak
para penulis hebat di Indonesia. Yaa … ini hanyalah sebuah mimpi si penulis
abal – abal. Yang ceritanya kerap tak masuk akal. Dan hanya cerita sampah yang
biasa di tulis dan di ceritakan.
Sekian cerita sampah kali ini. Gw mau lanjut memandangi
sepasang ayam kesayangan gw. Atau mungkin gw mandi hujanan aja? Entahlah. Yang
jelas motor gw yang kotor serasa berbicara. Ia berkata:
“Mandikan aku Firman”
suara itu terngiang – ngiang di telinga gw dengan lantang dan saru dengan suara
hujan yang deras.
Dan ade gw yang bawel pun sudah mengganggu keheningan
kamar dan konsentrasi gw. Endingnya gw sulit berpikir untuk menutup cerita ini
dengan kalimat yang bagaimana. Mungkin dengan kalimat penutup yang simple saja.
Wassalam~
lanjutkan
ReplyDeletewww.olstorepc.com