Kita flashback sejenak. Sebelum gw jemput si “R” pulang
sekolah. Gw itu udah berkenalan dengan dia. Gw pertama kali kenal dia itu dari
temen gw yang satu sekolahan dengan dia. Nama temen gw yang itu adalah Mustofa
atau biasa gw panggil “Sowang”. Jujur, bukan gw yang ngasih nama sekeren itu. Menurut
kabar burung, gak tau burung siapa. Awal mula dia di panggil “Sowang” itu
karena bokapnya memelihara beberapa ekor sowang. Dan mungkin karena itulah
banyak orang yang memanggil dia dengan sebutan “Sowang”.
Kalau di Indonesia, tepatnya di daerah kampung. Nama panggilan
“Sowang” itu memang nama panggilan yang memalukan. Tapi gw yakin bakalan lain
cerita apabila nama panggilan “Sowang” itu adanya di korea. Pasti bakalan keren
ini nama. “So Wang”, di baca “So Weng”. Tapi sayang, si “Sowang” ini sama
sekali gak memiliki tampang korea. Jadi gw rasa emang pas sih nama panggilan “Sowang”
melekat di hidupnya. (Teman macam apa gw yang ngatain teman sendiri se-enaknya.
Jangan tiru perkataan gw di rumah yaa adik-adik).
Waktu kelas 2 SMK gw itu masih jadi anak yang pemalu. Apalagi
kalau berurusan dengan yang namanya wanita. Tapi beda dengan gw yang sekarang. Kalau
gw yang sekarang itu mungkin bisa di sebut Firman yang malu-maluin hidupnya. Yaa,
mungkin hidup gw emang malu-maluin. Tapi perlu di ingat. Gw ini gak pernah
berak sembarangan. Jadi hidup gw gak terlalu malu-maluin banget. (apa
hubungannya?).
Setelah gw kenalan sama si “R”. Gw memberanikan diri
untuk minta nomor telponnya. Dan dengan baik hatinya dia memberikan nomor
telponnya ke seorang cowok yang bertampang absurd. Dengan senang gembira
bercampur bau tai kucing yang gak sengaja gw injek. Gw merasa bingung. Kapan waktu
yang tepat untuk gw bisa menghubunginya lewat telpon. Sebujug-bujug gw ini gak
pernah nelpon cewek selain mantan gw yang cantik tapi gak pernah gw apa-apain.
(itu namanya lu pernah nelpon cewek, kamfret!).
Malam pun tiba dan gw memberanikan diri untuk menelpon
dia. Tapi setelah 3 kali gw telpon dia, selalu gak ada jawaban. Alias gak di
angkat. (mungkin belum mateng!). Setelah gw piker-pikir kenapa telpon gw gak di
angkat sama dia. Gw berpikir selama kurang lebih satu jam. Dan ternyata gw
menelpon dia itu ketika pas tengah malam. Dan ketika gw melihat ke arah jam
ternyata sudah tepat pukul 1 dini hari. Mungkin gw ini bukan Cuma malu-maluin,
tapi juga sangatlah bodoh. Cewek mana yang masih melek di tengah malam? Mungkin
ini pertanyaan yang tepat. Dan secara logika dia itu baru kenal sama gw. Misalkan
dia masih melek juga belum tentu dia mau mengangkat telpon dari cowok yang baru
dia kenal. Si Sowang juga pernah berkata ke gw bahwa si “R” itu adalah cewek
baik-baik. Dan si “R” itu adalah cewek yang jam tidurnya gak pernah melebihi
jam 9. Kecuali tugas sekolah lagi numpuk. Gw melupakan ucapan baik dari temen
baik gw yang satu ini. (teman macam apa gw? tak mendengarkan apa yang teman
baiknya ucapkan).
Ke esokan harinya dia sms gw. dia minta maaf karena
ketika gw menelpon, dia itu udah tertidur lelap. Dan bales sms dia dengan kata
maaf juga. Sms gw itu berisi seperti ini:
“Iya gak apa-apa. Firman
juga minta maaf semalem udah ganggu kamu tidur “
Setelah kejadian ini,
setiap harinya gw hanya berani sms-an. Gw gak berani nelpon karena gw takut
mengganggu aktivitas penting dia. Semakin seringnya gw sms-an sama dia, gw
semakin jatuh hati kepada dia. Dan karena udah sakingnya gw jatuh hati sama
dia. Gw mulai cari kesempatan untuk bisa nganterin dia pulang sekolah sebagai
tanda gw menunjukan rasa suka gw ke dia.
Gw sangat senang bisa nganterin dia pulang sekolah. Gw berharap
dia tahu bahwa gw itu telah jatuh hati. Dan gw berharap ketika gw mengungkapkan
cinta ke dia, cinta gw bisa dia terima. Selang beberapa hari setelah kejadian
gw nganterin dia pulang sekolah. Gw mengungkapkan isi yang ada di hati gw. Gw
udah sangat pede kalau cinta gw ini bakalan dia terima. (Waktu itu gw masih
menjadi pelajar yang gak bisa nabung buat ngajak dia main. Jadi gw nembak dia
lewat sms). Gw sms dia dengan penuh girang. Di pojok kamar gw cengar-cengir
sendirian sampai-sampai ibu gw heran melihat tingkah aneh gw dan langsung
manggil gw.
“Man!” dengan tampangnya
yang heran.
Gw Cuma nengok dan
terdiam. Sambil meneruskan ibu gw bilang.
“Udah gila lu ya?!”
masih dengan tampangnya yang heran.
Gw Cuma jawab
pertanyaan atau lebih mirip sesumpahan ibu gw itu dengan dua kata “JATUH CINTA”.
Dan ibu gw kembali melanjutkan apa yang harus di lanjutkannya.
Gw
masih menunggu balasan sms dari dia. Gw menebak-nebak balasan apa yang akan dia
kirim. Yang ada di otak gw hanya terpikirkan bahwa dia akan balas dengan tiga
kata.
“Ya aku mau” dengan
emot smile ala-ala anak alay jaman sekarang.
Tapi ternyata kejadiannya
gak seperti yang gw harapkan. Dia menolak gw dengan sangat halus dan manis tapi
nyelekit di hati. Ini pertama kalinya cinta gw di tolak. Gw baru bahwa rasanya
di tolak itu sangatlah menyakitkan. Sebuah penolakan yang membuat gw sadar
bahwa semua yang di harapkan gak selalu bisa menjadi kenyataan. Sama halnya
ketika lu menanam sebuah pohon durian di kebun belakang rumah lu. Agar kelak
ketika pohonnya telah tumbuh besar bisa menyejukan dan meneduhkan. Dan ketika
sudah berbuah, buahnya bisa lu makan. Tapi sialnya ketika belum sempat buahnya
matang, buah durian yang hampir matang itu jatuh tepat menimpah kepala lu. Memecahkan
kepala lu dan akhirnya lu mati tragis terbunuh oleh sebuah pohon yang telah
berbuah yang susah payah lu tanam dan rawat selama bertahun-tahun.
Inilah hidup. Apapun tindakanya, pasti ada resikonya. Jangan
memulai bila tak mau menerima resikonya. Begitupun dalam urusan cinta. Bila tak
mau patah hati, maka jangan pernah bermain-main dengan hati. Karena hati itu bukanlah
sebuah mainan. Bila hati lu tak mau di mainkan oleh orang lain, maka jangan pernah
memainkan hati orang lain.
~Kalau cerita sampah gw ini dapat membuat lu terhibur, silahkan lu share. Dan jangan lupa klik icon g+1 tapi kalau cerita gw sama sekali gak menghibur atau mungkin ada yang tersindir, gw mohon maaf. Dan silahkan lu komen kalau emang lu kesindir sama cerita sampah ini.
~Kalau cerita sampah gw ini dapat membuat lu terhibur, silahkan lu share. Dan jangan lupa klik icon g+1 tapi kalau cerita gw sama sekali gak menghibur atau mungkin ada yang tersindir, gw mohon maaf. Dan silahkan lu komen kalau emang lu kesindir sama cerita sampah ini.
0 comments:
Post a Comment