Dalam hidup itu ada yang namanya suka dan duka. Dan banyak
hal yang tak terduga. Hanya tinggal bagaimana kita menyikapinya. Mau seburuk
atau sebaik apapun. Bila kita menyikapinya dengan salah, maka akan berakhir
dengan kefrustasian yang mendalam.
Contohnya seperti malam ini. Malam minggu kelabu bagi
mereka pecandu cinta yang semu. Gagal bertemu (calon) gebetan yang sudah pasti
tereleminasi dalam perebutan cinta si abu – abu.
Gw sendiri yang menulis. Dan gw sendiri pula yang tak tahu
kenapa paragraph kedua sedemikian sulit di mengerti oleh orang bodoh seperti
gw. Yang tak gw sadari, kata – kata itu mengalir dalam otak gw dan tertransfer
ke buku melalui tinta pulpen boleh minta. Sehingga membuatnya menjadi sebuah
paragraph yang berisi kalimat – kalimat aneh. Mungkin ia terbawa oleh gerimis –
gerimis alay mengundang hujan yang jatuh kebumi di malam minggu kelabu ini.
Di balik gerimis – gerimis alay ada sebuah kerinduan yang
mendalam. Rindu yang serindu – rindunya. Dan juga ada sebuah kepiluan. Puli
yang sepilu – pilunya. Rindu dan Pilu yang menyatu menjadi sebuah kemunafikan.
Kemunfikan yang kini mewarnai malam minggu kelabu.
Entah cara apa yang harus gw lakukan supaya bisa melalui
malam minggu kelabu ini. Yang jelas dan pasti, gw benci malam ini. Malam yang
menghadirkan kesepian. Kesepian yang melanda ini serasa merasuk dan merusak
pikiran gw.
Pikiran gw yang tadinya tentram damai belum mandi dan
mulut pun bau jengkol minggu lalu. Kini yang wajib gw lakukan hanyalah
membersihkan sisa - sisa eres – eresan
yang ada di pikiran gw. (Emang otaknya ikkeh ikkeh kimochi doangan ini).
Selamat malam. Selamat terpejam bersama kenangan yang pernah tertanam.
0 comments:
Post a Comment