Sunday, October 21, 2018

Mengibaratkan Tai

Ibarat  segumpal tai yang mengambang dan mengalir di sebuah sungai berair coklat. Bila tak ada hambatan, maka tai itu akan terus terseret arus sungai. Jika ada hambatan, maka tai itu akan berhenti untuk sementara tersangkut di sebuah bendungan. Ataupun berhenti selamanya (Berhenti karena dimakan ikan). Yap! Begitulah Cinta. Cinta yang sederhana. Cinta yang natural berjalan mengikuti kemana arah akan membawanya. Cinta dua sejoli yang bisa saling mengerti satu sama lain. Bila tak ada hambatan, Cinta itu akan terus berjalan mengikuti kemana arah akan membawanya. Bila ada hambatan, maka cinta itu akan berhenti untuk sementara (Break)  ataupun selamanya.

“Berhenti dimakan ikan”. Dalam urusan cinta itu berarti ada orang lain yang mencampuri urusan cinta sepasang sejoli. Orang yang berusaha ingin menghancurkan hubungan cinta orang lain. Dan endingnya, orang itu berhasil menghancurkannya. Maka dari itu, sangat pantas kalau Gw sebut “Berhenti dimakan ikan”. Dan sudah di pastikan bahwa, Ikan ini adalah ikan yang sangat buas.

Kenapa gw mengibaratnya dengan sebuah tai? Alasannya cukup simple. Karena cewek akan menjadi “Tai” pada waktunya (HaHa!). Ngga ya, yang barusan gw berjanda. Eh maksudnya bercanda.

Ibarat “Tai” yang gw maksud adalah ketika si cewek mulai merasa bahwa dia lah yang paling cantik dan menjadi rebutan. Sok jual mahal bagai barang yang “Limited Edition”. Padahal perbandingan antara cewek dan cowok di dunia ini adalah 1 (cowok) banding 7 (cewek).  Kan Tai! Kalau Doi masih berpikiran bahwa Doi yang paling cantik.

Okeh! Sekian dan terimatai~ huehehe~

Monday, June 18, 2018

Perubahan: Kesalahan

Setelah semua perubahan yang terjadi, gw mencoba memulai kembali. Tanpa berharap apa-apa dan tanpa mau mengulang kembali. Walau terkadang jalan hidup tak selamanya mulus, selalu aja ada lubang dan tikungan. Yang sialnya, semua gw lalui dengan kesendirian, syedih. Dan ada aja hal-hal yang gw harap gak terulang, malah terulang. Hidup memang kadang sekamfret itu.

"Kesalahan-kesalahan yang pernah gw lakukan di masa lalu, selalu jadi benalu"

Menurut mereka, gw yang sekarang berubah menjadi aneh. Bahkan gw sendiri, sempat berpikir (walau gw sadar kalau gw gak punya otak untuk berpikir);
"Kok gw jadi gini yaa?"

Alasan klasik:
"Sakit hati dapat merubah segalanya. Yang baik, bisa menjadi buruk. Yang sering perduli, bisa menjadi cuek. Yang selalu berperasaan 'gak enakan', bisa menjadi bodo amad-an"

Gw yang dulunya sering jaga ucapan, nahan perasaan. Kini, persetan dengan ucapan baik, gak perduli dengan perasaan orang lain. Kalo menurut gw gak bagus, spontan mulut gw berucap. Gw yang sekarang lebih sering ceplas-ceplos, karena udah gak perduli. Dan udah lebih gak perduli lagi dengan omongan-omongan para pembenci. Gw yang sekarang udah terbiasa mem-bodoamad-kan para pembenci. Intinya, gw udah terbiasa cuek dan bodoamad-an.

"Gw lebih suka di benci, dari pada membenci"

Baik atau buruk? Salah atau benar? Itu tergantung dari sudut mana elu memandang, dari sudut pembenci atau dari sudut yang di benci?

Jadi, mau kita mulai dari mana pembicaraan awal tentang masa depan kisah kita? Atau kamu masih mau mengenang kisah lamamu dengannya? Jangan. Sudah cukup kamu bergalau ria. Marilah berbahagia~

Thursday, June 14, 2018

Perubahan Part2

Menurut gw, waktu tak selalu dapat merubah segalanya. Sebab masih ada yang lebih hebat dari waktu, yaitu keadaan. Keadaan dimana ketika semua udah gak perduli lagi, dan gw masih bertahan. Pada saat itu juga, tubuh, perasaan, dan pikiran gw, ber-improvisasi. Tubuh yang membiasakan diri dengan kesendirian. Perasaan yang membiasakan akan rasa sakit yang ada. Dan pikiran yang membiasakan untuk selalu berpikir positif.

Contoh kecil, ketika mantan mengutarakan keputusannya yang sangat-sangat diluar logika. Dia menyalahkan waktu, padahal keadaan yang membuatnya tak mampu bertahan. Bukan keadaan dia, tapi keadaan gw yang gak mampu menunjang semua kebutuhan dia. Sambil tersenyum sinis, dia bilang;
"Waktu emang dapat merubah segalanya yaa"
Gw cuma bisa bergumam dalam hati;
"Bukan waktu, tapi keadaan"
Pembuktian bahwa;
"Siapa yang tidak bisa setia diantara kita?"

Tapi lupakan saja, mari kita bahas yang baik-baik, karena momennya masih momen baik. Masih momen hari raya coy!

Perubahan bisa terjadi kapan aja, tak tergantung oleh waktu. Bisa aja lu lagi berak santai, nyaman, aman dan tentram, eh tiba-tiba terjadi perang dunia ketiga, gak ada yang tau coy. Perubahan keadaan adalah sebuah misteri alam. Kita manusia cuma bisa menikmati. Lebih nikmat kalo kita sambil ngopi, makan pisang goreng. Buset dah mantaf coy.

Perubahan yang sekarang paling gw rasakan adalah perubahan sebuah status, yang tadinya berpacaran menjadi melajang. Syuka syedih, awalnya. Tapi setelah bertualang ke bandung bulan kemarin, semuanya terjawab. Hati kembali bergumam;
"Gw harus berterima kasih atas keputusannya"
Berterima kasih karena kini gw mengerti arti kebebasan. Dan arti betapa pentingnya mementingkan kepentingan diri sendiri dari pada kepentingan orang lain. Karena sewaktu pacaran, kebodohan yang selalu gw lakukan adalah selalu mementingkan kepentingan pacar dari pada kepentingan sendiri. Sampai semua target yang udah lama ingin gw capai, semuanya kandas terlupakan, terganti dengan target membahagiakan sang pacar.
"Bodoh sekali sayah"
Kini gw tersadar dari semua perubahan yang ada. Gw patut berterima kasih atas keputusannya. Lamunan (kotor) gw yang sekarang bukan lagi tentang dia. Hidup gw tak lagi melulu tentang dia.

Setelah perubahan yang begitu menguras emosi, timbul banyak perubahan baru. Dan semuanya sangat-sangat gw syukuri. Itulah alasan kenapa gw harus berterima kasih atas keputusannya

"Terima kasih masa lalu, untuk semua hal yang telah berlalu"

Sudahkah kalian mengucapkan maaf dan terima kasih kepada mantan kalian?

Wednesday, June 13, 2018

Perubahan

Perubahan itu ada. Pasti. Entah baik, entah buruk, perubahan tetaplah perubahan. Sebab hidup memang harus selalu berubah. Jangan sampai tertinggal oleh waktu, di gilas kejamnya jaman. Perubahan yang ada selalu untuk membuat kita berkembang. Itulah alasan kenapa pola pikir jangan mentok di situ-situ aja. Harus berkembang! Yakali orang-orang berpikir 2-3 langkah ke depan, elu malah berpikir mundur. Itu mah namanya elu terus-terusan mengenang. Mengenang ia yang telah pergi melayang ke entah siapa yang kini dia sebut sayang.

Carilah cinta yang baru, hilangkan lah semua haru. Lupakan kenangannya yang hanya akan membuat sembilu. Hapuslah semua pilu. Ingat, cinta baru selalu ada. Gak usah memikirkan "siapa dia", "udah punya gandengan apa belum?".
"Sebab yang sering bergandengan dijalan belum tentu bisa bergandengan di atas panggung pelaminan"
Gak usah mikir "ah dia sering pulang bareng". Halah kampung!
"Yang sering pulang bareng belum tentu bisa hidup bareng"
Jadi, rubahlah pola pikir yang kampungan, buatlah diri menjadi lebih elegan. Yakinkan itu!

Walaupun kita orang kampung, tapi pola pikir jangan kampungan. Coba telaah lagi, apa yang seharusnya dilakukan? Bertindak? Melangkah? Apapun itu asal jangan pasrah. Yakinkan bahwa elu bukan orang yang gampang pasrah. Yakinlah...

"Berhentilah mengenang, dan mulailah bertualang" ~ Wira Nagara (Suar Aksara)

Piknik yuk~

Wednesday, November 1, 2017

Entah

 Senin siang yang lumayan panas. Gua terbangun dari tidur nyenyak. Tidur yang biasa Gua mulai dari pagi sampai siang hari, dan kini menjadi kebiasaan buruk Gua. Entah kapan terakhir kali Gua merasakan nyenyaknya tidur di malam hari. Gua sangat rindu dengan nyenyaknya tidur di malam hari, Gua rindu terlelap di heningnya malam, Gua juga rindu terlelap didinginnya malam. Dan yang paling Gua rindukan adalah bangun di pagi hari dengan muka lecek, dan juga air liur yang menghiasi wajah Gua. Tapi, kini itu semua menjadi susah untuk dilakukan. Seniat apapun, dan seberusaha apapun, Gua akan tetap terjaga di malam hari. Ketika Gua berusaha memejamkan mata pun, bagian tubuh yang lain menolak untuk terlelap. Akhirnya yang bisa Gua lakukan di malam hari hanya menonton tv, main handphone, sampai mendengarkan musik. Dan itu semua gak bisa membuat Gua mudah terlelap. Tapi, kalau Gua gak melakukan semua kegiatan itu, Gua akan merasa bosan dengan hening dan dinginnya malam. Pernah di suatu malam, Gua mencoba mensugesti pikiran Gua sendiri. Gua mencoba merebahkan tubuh Gua di pulau kapuk, sambil memejamkan mata.
“Tidur-tidur-tidur. Lelap-lelap-lelap”.
Gua terus mengucapkan dua kata tersebut berulang-ulang kali, dalam hati. Tapi gagal. Gua tetap terjaga sampai akhirnya Gua benar-benar bosan dan bingung “Gua harus ngapain?”.

Gua berjalan menuju lemari untuk mengambil kotak obat, berharap ada obat penenang atau semacam obat tidur. Gua keluarkan semua obat, sambil membaca nama-nama obat-obatan yang ada di kotak tersebut. Dari obat pusing, flu, batuk, sampai menceret, tapi gak ada obat tidur. Sembari memasukan kembali obat-obat tersebut kedalam kotak, Gua menelan ludah, dan mencoba berpikir.

Berharap ada keajaiban. Berharap sebutir obat tidur jatuh dari langit-langit kamar, yang pada kenyataannya memang tidak mungkin hal itu bisa terjadi. Tapi keajaiban terjadi malam itu. Terasa tuhan sedang berada sangat dekat. Jatuh sesuatu yang mirip dengan sebutir obat, yang entah dari mana jatuhnya. Jatuh dengan cara yang hampir sama seperti jatuhnya Mr. Bean dari langit. Jatuh tepat ditengah sinar terang. Dan sesuatu itu jatuh gak jauh dari kaki Gua. Sekitar satu meteran. Gua mencoba mendekati sesuatu tersebut dengan perlahan. Terlihat kalau sesuatu itu bukanlah sesuatu yang asing. Semakin dekat, semakin terlihat dengan jelas. Warnanya didominasi warna putih dengan sedikit warna hitam. Ketika Gua sudah dekat, Gua menjongkokkan tubuh, sambil mengulurkan tangan untuk menyentuh sesuatu tersebut. Sesuatu yang Gua harap adalah obat tidur atau semacamnya, namun ketika Gua sentuh, sesuatu itu terasa lembek. Mirip nasi yang sudah menjadi bubur. Hal bodoh yang kemudian Gua lakukan adalah mencium sesuatu tersebut. Dengan bau yang Gua kenal, Gua melihat kearah langit-langit kamar Gua. Ternyata benar, sesuatu tersebut adalah tayi dari hewan yang suka merayap di dinding. Yaa, hewan itu adalah cicak! Sesuatu yang jatuh, yang Gua harap adalah suatu keajaiban, ternyata hanya sebuah kesialan dari kebodohan Gua sendiri. Dan lagi-lagi, akhirnya Gua baru bisa tertidur ketika matahari mulai memancarkan sinarnya.

***

Entah kenapa, di senin siang ini Gua merasa bosan, padahal baru juga bangun dari kematian sejenak. Gua mencoba memikirkan kegiatan-kegiatan yang harus Gua lakukan hari ini, agar Gua tidak akan merasa bosan. Kemudian Gua teringat lagu anak-anak yang dulu pernah Gua nyanyikan setiap setelah bangun tidur. Lirik lagunya seperti ini: “Bangun tidur, ku terus mandi… Tidak lupa menyeduh kopi… Habis itu ku suruh adek… Membelikan rokok sebatang… Lalalaa… Lala..lalaa” (‘lalalaa… lala..lalaa’-nya dengan nada ‘Susu murni… nasional’).

 Selesai mandi, selesai menyeduh kopi, adek pulang dari warung dengan sebatang tembakau racikan pabrik. Gua kedepan rumah dengan wajah sumringah, tangan kanan memegang secangkir kopi yang baru di seduh. Tidak lupa tangan kiri memgang sebuah novel. Headset yang sudah menempel di lubang kuping sebelah kiri, dan sudah tersambung ke handphone yang ada di saku kiri celana boxer kesayangan Gua. Gua duduk di bangku, depan rumah. Kopi Gua taruh di meja kecil. Lagu-lagu one ok rock menemani senin siang Gua, sambil membaca novel. Senin siang ini terasa damai, walau di sekitar terasa ramai. Gua hanya berusaha untuk tidak memerdulikan sekitar, dan hanya berfokus dengan apa yang saat ini Gua lakukan.

Entah sejak kapan Gua mulai suka membaca novel, yang Gua sadari, membaca dan bercerita telah menjadi hobi Gua setelah lulus SMK. Sudah beberapa novel, yang Gua baca. Dan sudah sekian banyak cerita yang Gua tulis, dan Gua bagikan ke teman-teman Gua. Walaupun Gua sendiri gak yakin, kalau cerita Gua bakalan mereka baca. Tapi Gua merasa senang menulis cerita, dan membagikannya ke teman-teman Gua.
“Enak banget, man, ngopi” sapaan tetangga yang mengagetkan Gua
Gua hanya menjawab: “Eh, iya nih”.
Kemudian dia hanya tersenyum, dan berjalan melewati depan rumah Gua. Mungkin dia berpikir kalau hidup Gua itu enak, damai. Padahal cuma melihat, dari apa yang sekarang sedang Gua lakukan. Dia tidak tau, apa yang sedang membayang-bayangi otak Gua. ‘Hutang-hutang-hutang’.

Entah kepada siapa saja, Gua telah berhutang. Yang Gua sadari, Gua mulai dijauhi teman-teman Gua. Entah kenapa, senin siang yang damai, seketika berubah menjadi senin siang yang kacau. Lebih tepatnya, sapaan tetangga di senin siang yang mengacaukan pikiran. Dan entah kenapa, Gua menjadi seakan-akan ingin hilang ingatan. Adzan ashar-pun mulai terdengar Dengan berakhirnya lagu one ok rock terakhir, yang ada di list music handphone Gua.

Gua beranjak dari tempat duduk, merapikannya kembali, dan masuk ke dalam rumah. Begitulah Gua melewati senin siang kali ini. Sekarang, entah apa yang akan Gua lakukan. Mungkin Gua akan kembali melanjutkan tidur. Entah bisa atau tidak. Atau Gua akan keluar rumah, mencari kegiatan yang membuat Gua bahagia. Tapi, entah kegiatan seperti apa yang akan membuat Gua bahagia. Atau entahlah…

I'm ComeBack

 Anjani Putri. Seorang siswi kelas 12 di salah-satu sekolah swasta di Jakarta. Dia cantik, imut, lugu, dan hampir sempurna. Tapi, Anjani Putri hanyalah tokoh fiksi yang ogut buat-buat. Cerita yang sebenarnya adalah cerita tentang kehidupan ogut. Firman Hidayat!. Orang yang biasa aja, gak ganteng alias jelek. Lebih tepatnya, tampangnya amit-amit cabang baby. Ya! Itulah ogut. Dan ini adalah cerita Comeback-nya blog ogut. Dengan cerita kehidupan yang baru, yang insya allah berkah dunia akhirat! Whooshaaaahh!!!

Cerita berawal dari gak bisanya ogut login blog. 1 tahun Ogut gak bisa login karena masalah password. Lebih tepatnya masalah daya ingat ogut yang terbatas, sehingga membuat ogut lupa password yang telah dibuat sedemikian rumit dan alay. Makanya blog sampah ogut ini terbengkalai. Sama seperti kehidupan ogut di dunia nyata. Wadaw…
Blog yang sebagian besarnya berisi cerita-cerita sampah yang terinspirasi dari kehidupan ogut yang begitu suram. Hampir semua pengalaman hidup, ogut tulis di blog ini. Dari cerita tentang kedua orang tua ogut, tentang masa sekolah, masa nganggur, sampai peristiwa-peristiwa bodoh yang memalukan, ogut tulis semuanya. Tapi ogut sadar, kebanyakan cerita di blog ini, isinya tentang mantan. Karena pada zaman itu ogut masih jomblo dan gak ada inspirasi lain selain mantan.

Balik lagi ngomongin blog. Ogut selalu berpikir bahwa, “Ogut bukan siapa-siapa”. Jadi yang bisa ogut lakukan cuma berbagi pengalaman lewat cerita sampah. Karena pengalaman hidup adalah sebuah cerita yang sayang kalo cuma kita sendiri yang tau. Kita mesti berbagi, walaupun itu adalah hal gak penting, seperti halnya cerita-cerita ogut yang ada di blog ini.

Mungkin buat intro comeback-nya cerita sampah ogut segini aja cukup kali yaa. Karena ogut sendiri udah gak sabar mau nulis cerita-cerita sampah yang baru. Buat penutup, ada kutipan dari Charlie Caplin, yang kalau gak salah seperti ini hihi…

“Tragedi yang sudah lewat, bisa menjadi cerita lucu di masa depan”

Saturday, October 15, 2016

Teringat Kenangan Lama

Seharian bulak-balik, Kampung Taman – Rawa Denok. Kalau kata orang kampung mah, ajag-ijig. Ajag-ijig naik motor legend, kepunyaan si Mamang, mengingatkan Gua akan kenangan lama bersama motor legend yang kini tinggal cerita. Kalau gak salah, Gua pernah nulis tentang si Legend. Dan udah pernah Gua posting juga di sini.
Motor legend yang pernah Gua punya, hasil tersisih dari persaingan perebutan hati Bokap. Yaa… setelah Gua naik ke kelas 2 SMK (Waktu itu, semestes 2 lebih tepatnya), dan dengan mulai bisanya Gua mengendarai motor, Bokap membeli Scooter Matic buatan jepang. Alhasil, si Legend mulai tersisih dari hati Bokap, yang berpaling ke motor barunya. Tapi gak mirip kata pepatah: “Habis manis, sepa dibuang”. Melainkan: “Habis peyot, turunkan ke anak”.
Namun, sebelum si Legend diamanahkan ke Gua, si Legend pernah digadaikan. Entah berapa lama, Gua lupa, yang jelas si Legend akhirnya kembali. Kembali dengan wujud yang gak berubah sama sekali. Hanya senyumnya yang udah beda. Mungkin karena dia cemburu dengan Scooter Maticnya Bokap. Tapi Gua yakin, bahwa rasa sayang Bokap gak pernah berubah buat si Legend.
Dengan wajah sumringah, riang gembira, dan tanpa berpikir panjang, Gua langsung mengajak si Legend jalan, ke tempat dimana beberapa waktu lalu Gua pernah ketahuan cabut sekolah. Yaa… untungnya cuma ade Gua doang yang mergokin Gua cabut sekolah.
Seperti yang Gua bilang, banyak kenangan bersama si Legend, yang kini hanya tinggal cerita. Cerita yang mungkin gak akan Gua alami lagi. Cerita yang gak kalah dengan cerita cinta. Cerita yang sangat ingin Gua dongengkan ke orang-orang. Cerita yang sulit terlupakan, karena si Legend bukanlah kulit yang dilupakan sang kacang. Dan gak akan ada motor dengan merk dan model yang sama, yang akan mengganti si Legend di hidup Gua.
Gua masih inget, Gua pernah bawa si Legend pergi ngaji ke Citayem. Waktu itu persnelingnya rusak. Gua sendiri gak bisa mengendalikannya, dan akhirnya teman Gua yang mengendarainya. Si Legend di bawa dari kampung Taman sampai Citayam tanpa menaik-turunkan gigi, alias gigi 2 terus. Apapun halangan di jalan, giginya gak pernah di naik-turunkan, oleh teman Gua. Yang alhamdulillahnya, si Legend dan teman Gua selamat dari pergi sampai pulang.
Pernah Gua tancap gas si Legend dari Jembatan Serong sampai Pitara, lebih tepatnya rumah teman Gua. Dan akibatnya, kunci si Legend hilang entah jatuh dimana. Kebodohan nyata yang Gua lakukan adalah, Gua terlalu asik melaju bareng si Legend, tanpa ingat kalau lubang kunci si Legend udah gak perawan.
Gua juga masih ingat beberapa kejadian di sekolah, yang menurut Gua paling banyak mengahadirkan kenangan bersama si Legend.
Dengan jok motor yang udah mulai sobek-sobek. Asal setelah kehujanan, air hujan masuk kedalam jok. Pantat Gua yang duduk di jok si Legend akhirnya basah. Basah mirip orang yang ngompol di celana. Bukan cuma basahnya yang Gua ingat, namun juga bau dari basahnya yang sulit terlupakan. Memang yang namanya bau itu susah untuk dilupakan. Mirip seperti kentut. Sekali tercium, maka akan terbawa sampai mimpi.
                                       ***
Gua juga masih inget, kalau Gua hampir menghilangkan kunci cadangan (yang waktu itu udah jadi kunci utama). Kunci tersebut jatuh ketika Gua sujud, solat ashar. (Maklum, lagi datangnya tobat). Kebodohan nyata yang kesekian kalinya, Gua lakukan dengan cara menaruh kunci motor di saku baju, menimbulkan kepanikan sepihak (karena Gua doang yang panik, semua teman Gua hanya menertawakan hilangnya kunci untuk menghidupkan si Legend). Gua cari-cari, dan mencari. Dari tong sampah, sampai teman Gua yang berwajah sampah, Gua Tanya satu-persatu tanpa ada yang terlewatkan.
Magrib pun kian dekat, dengan tanpa adanya secercah cahaya penolong. Gua berhenti mencari sejenak, sambil mendudukan tubuh di teras musholah sekolah. kemudian ngomong dalam hati: “Si Legend udah gak mau pulang lagi sama Gua”. dengan tampang lesu dan berpikir bahwa Gua harus rela pulang jalan kaki meninggalkan si Legend sendirian di parkiran.
Beberapa saat setelah planga-plongo sendirian di teras musholah, datang si Alex, salah satu satpam yang Gua kenal.
“Eh dadang, ngapain lu? Bukannya pulang, udah mau magrib. Bapak lu udah pulang dari tadi” setengah senyum, dia bertanya ke Gua, dan memanggil Gua dengan nama Bokap. Dan yaa… seperti yang pernah Gua ceritakan, Gua sekolah di tempat Bokap bekerja.
“Kunci motor saya hilang, bang” sedikit menoleh, dan masih dengan tampang lesu
“Ini bukan?” sambil menyodorkan kunci warna silver, yang gak salah lagi, itu adalah alat yang bisa menghidupkan si Legend!
“Iya bang! Ini kunci motor saya!” dengan semangat, Gua ambil kunci tersebut dari tangan dia, dan lari menuju parkiran dengan sedikit tersandung, banyak malunya. “Makasih bang!”
Entah kalau kunci itu beneran hilang, dan gak di temukan lagi, mungkin Gua akan bingung harus ngapain lagi. Hanya ada dua pilihan yang harus Gua lakukan, antara pulang jalan kaki meninggalkan si Legend sendirian, kedingingan di parkiran. Atau, Gua nginep di sekolah, yang Gua gak tau akan tidur di mana.
                                       ***
Dengan filter karbu yang udah dicopot, dan senapot bobokan ala motor tukang nganter galon, si Legend badai emang paling asik untuk diajak melaju dijalanan. Namun konsekuensinya, businya sering ngadat. Pernah sautu waktu, Gua kembali melakukan kebodohan, yang Gua rasa sangat realistis. Ketika bel pulang sekolah berbunyi, Gua sengaja gak langsung pergi ke parkiran. Pada saat itu, kondisi bumi habis di timpah air hujan yang lumayan banyak.
“Ah becek, keluar belakangan aja ah. Lagian rame banget motor yang mau ke luar gerbang”
Gua ngomong dalam hati, sambil berdiri di depan kelas, dan memerhatikan murid-murid yang satu arah menuju gerbang. Tanpa ada curiga sedikit pun kalau si Legend bakalan ngambek, karena kehujanan.
Sekolah udah mulai sepi, dan menyisahkan kurang dari setengah total murid yang ada, Gua berjalan menuju parkiran. Sambil ngobrol-ngobrol bareng teman-teman yang sepemikiran sama Gua. “Kalau pulang enakan belakangan, sepi”. Celotehan gak mutu yang keluar dari mulut gua, dan masuk ke kuping teman-teman gua yang bersih.
Satu-persatu teman mulai menyalakan dan memanaskan mesin motornya, kemudian pergi begitu saja, menandakan bahwa: “Rumah adalah tujuan yang paling dirindukan”. Dan sialnya cuma Gua yang masih susah payah “membangunkan” si Legend. 2, 4, 7 kali selaan, tetap si Legend anteng “tertidur”.
“Businya basah kali tuh, man” celoteh salah satu teman yang kemudian pergi begitu saja, tanpa menawarkan bantuan. Dan tak mendengarkan jawaban Gua yang gak lebih dari kalimat:
“Kayaknya mah, iya”.
Lagi-lagi Gua keluar sekolah hampir berbarengan dengan kumandang adzan magrib.
                                     ***
Masih banyak lagi kenangan Gua bersama si Legend. Dari sialnya si legend, yang Gua biarkan kehujanan malam-malam di depan rumah teman Gua, sedangkan Gua malah terlelap. Kehabisan bensin di tempat yang lumayan jauh dari rumah, sedangkan uang di kantung celana cuma ada 2 ribu. Dan senangnya si Legend yang melihat Gua merasa malu, ketika jalan melewati suatu tempat yang di situ banyak wadon, tapi si Legend malah “pingsan” di saat yang gak tepat.
Semua kenangan itu gak akan mudah terlupakan. Karena si Legend adalah motor yang paling memberi Gua banyak pengalaman dan pelajaran. Walaupun pada endingnya, si Legend mirip seperti kacang. Terjual dengan harga murah. Ini salah satu kebodohan yang paling Gua sesalkan dalam hidup. Tapi harus Gua terima dengan lapang dada.