Saturday, April 2, 2016

Oh No!, Oh Yeah!

Entah kenapa, ketika gw nganggur, jam tidur gw malah gak teratur. Tidur selalu lewat dari jam malam. Bangunpun selalu lewat dari adzan zuhur. Dan rezekipun tak lagi datang bercucuran.

Nyokap juga udah bosen ngomel. Nyokap udah masa bodo dengan kesehatan gw, padahal dia sendiri sadar akan penyakit yang bakalan diterima anaknya yang paling berpengaruh ini. Yaa, gw ini anak yang paling berpengaruh. Seperti yang pernah gw bilang, gw ini anak yang lahir lebih dulu, alias lahir paling pertama. Tanpa adanya gw, ade-ade gw mungkin gak akan lahir. Gak ada kedua, ketiga dan keempat, tanpa ada yang pertama.

Selain nyokap udah bosen ngomel, ada alasan lain yang nyokap punya. Alasannya yaitu, nyokap selalu nitip pesan sebelum tidur:
"Nanti bangunin ibu, man, jam setengah empat" sambil putar arah tidurnya, nyokap berbicara seperti orang yang sedang mengigao
"Iya" gw menjawab dengan santai dan wajah yang tetap fokus kearah tipi.
Dari yang udah-udah sih, gw jarang melaksanakan tugas yang kayak gini dengan benar. Gw selalu tertidur pulas sebelum arah jarum jam menunjukan arah jam setengah empat. Dan yang udah-udah, setelah bangun dari kematian sesaat yang gw alami, gw gak mau langsung berbicara dengan nyokap. Karena gw tau, nyokap bakalan menyalahkan gw yang gak becus kalau di kasih tugas.

Dengan berbagai macam belaan yang gw bisa, gw tetap salah dimata nyokap. Yaa ... gw sadar, wanita selalu benar. Dan cowok memang seharusnya salah dimata wanita. Sebenar apapun seorang cowok, pasti ada celah kesalahan dari penglihatan wanita.

Seperti malam ini, gw kembali mendapat tugas yang sama seperti malam-malam sebelumnya. Tapi kali ini gw gak mau meng-iya-kan omongan nyokap, karena gw gak mau lagi menerima konsekuensi yang sama. Dan jika kali ini gw gagal dalam menjalankan tugas, gw akan punya alasan yang lebih spesifik. Yaa walaupun endingnya gak akan berubah. Tapi seengganya, gw gak meng-iya-kan omongan nyokap malam Ini. Demi esok yang lebih baik.

Kalau dilihat-lihat dari cermin yang memantulkan wajah gw, malam ini gw terlihat tampan. Dari gaya rambut gw yang mirip dengan gaya rambut bokap. Dan juga jenggot yang cuma satu helai, gw memang terlihat tampan malam ini.

Jujur, gw merasa tampan kalau di malam hari. Tapi ketika siang datang dengan segala kebringasannya, fitur feminim gw datang tanpa gw undang. Bagai jelangkung yang datang tak diundang, pergi tak diantar.  Bukan cuma mirip seperti jelangkung, tapi juga mirip dengan rasa rindu ini. Rasa yang datang tanpa salamlikum, dan kemudian pergi begitu saja setelah semua yang telah kita lakukan.

Sayangnya, cuma gw yang bisa melihat wajah tampan gw malam ini. Gak ada lagi orang yang (mau) lihat wajah tampan gw malam ini. Selain gw, semua orang di rumah udah pada tidur. Tapi gw sempet berpikir, jangan-jangan ada mahluk lain yang juga sedang melihat wajah tampan gw malam ini. Semakin gw pikirkan, semakin pula gw rasakan. Dan endingnya, gw gak berani tidur sendirian di kamar. Gw lebih pilih tidur di depan tipi. Semakin gw ingin memejamkan mata, semakin terasa hawa kehadiran si mahluk itu. Dan fitur feminim gw pun datang di malam ini tanpa gw undang. Sama seperti mahluk yang keberadaannya sedang gw rasakan.

Dengan hawa gelisah (geli-geli basyah), gw bingung harus ngapain. Mau baca-bacaan, bingung apa yang mau dibaca. Mau melek, takut doi (si mahluk itu) ada di depan congor gw. Mau merem terus, tapi gw malah jadi pengen berak. Mau berak, tapi takut nanti malah di cebokin sama doi. Arrrrrgghhh!!!!

0 comments:

Post a Comment